SetiapKita Adalah Ibrahim Sunday, July 10, 2022. Setiap kita adalah Ibrahim dan setiap Ibrahim mempunyai Ismail. Ismailmu mungkin harta bendamu Ismailmu mungkin mobil mewah dan motor besarmu Ismailmu mungkin rumah dan tanahmu Ismailmu mungkin perkebunan dan pabrikmu Haltersebut merupakan bentuk takwa kita kepada-Nya. Dalam rangka meningkatkan ketakwaan itu, kita perlu untuk mengisi hari-hari kita, setiap waktu yang kita terima untuk beribadah. Apalagi saat ini, kita sudah memasuki bulan Muharram, bulan yang begitu dimuliakan Allah swt. Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah swt. Berikutinilah penjelasan asal usul mengapa kita menyebut nabi Ibrahim dalam tahiyat akhir di setiap shalat kita sehari-hari. Semoga menjadi ilmu bagi kita semua. Setelah Allah menciptakan manusia pertama yaitu Adam AS, kalimat pertama yang dilihat oleh Nabi Adam adalah kalimat syahadat yang berbunyi, لا إله إلا الله محمد Grafmacam ini biasa kita lihat. Nampak macam mudah, saya pada mulanya ingatkan ia telah tersedia dalam Microsoft Excel seperti graf-graf yang lain. Rupanya untuk menghasilkanya memerlukan sedikit kemahiran dan teknik. Sebagai usaha untuk berkongsi ilmu, saya telah sediakan langkah-langkah bagaimana untuk menghasilkan graf seperti ini. SETIAPKITA ADALAH IBRAHIM Keluarga, jabatan, kekayaan yang kita miliki adalah Ismail yang kita cintai, sayangi dan pertahankan. Allah tidak menyuruh Informasiyang sedemikian padat tentang profil Ibrahim adalah agar kita dapat mengeksplorasi berbagai sisi-sisi kehidupan beliau untuk kita teladani dan menjadi bahan pelajaran, karena Allah berfirman: yang setiap saat mengancam masyarakat. Sebagai umat Nabi Muhammad kita juga harus terus berani menyuarakan kebenaran dari waktu ke waktu Waktupenyembelihan kurban adalah tanggal 10 Dzulhijjah (Hari Idul Adha) sesudah Salat 'Id dan tanggal 11, 12, 13 Dzulhijjah (tiga hari sesudahnya) yang dikenal dengan Ayyam Tasyriq. "Setiap kita adalah Ibrahim atau menjadi Ismail. Ismail mungkin adalah harta, jabatan gelar, atau apapun yang Anda sayangi di dunia ini. TikTokvideo from My-Me (@mey_9190): "Setiap kita adalah "IBRAHIM"Dan setiap IBRAHIM punya "ISMAIL"Ismailmu mungkin hartamu, jabatanmu dan gelarmuMungkin juga egomu.ISMAIL adalah sesuatu yang kau sayang dan kau pertahankan diduniaIBRAHIM tidak dperintahkan untuk membunuh ISMAILIbrahim hanya diminta Allah untuk membunuh rasa kepemilikan trhdap ISMAILKarena hakekatnya semua adalah milik Allah# Semoga Allah menganugerahkan kita kesholehan Ibrahim dan keikhlasan Ismail. Selamat Hari Raya #Iduladha1443H Semoga saudara/saudari kita yg telah melaksanakan ibadah haji di Tanah Suci, Mekkah, menjadi/mendapatkan haji mabrur. Aamiin.. Salam.. 💚🇲🇨 #BhinekaTunggalIka" Janganrendahkan dan hinakan org lain dgn harta, jabatan, dan gelarmu karena di hadapan Allah SWT hanya keTAQWAan kita yg diterimaNya SELAMAT HARI RAYA IDUL ADHA 1436 H. Semoga dgn berqurban dpt menambah ketaqwaan kita dan menumbuhkan rasa empati kita kepada sesama. Bustomi A. Dzihanie. Setiap Kita Adalah Ibrahim Sebagaiumat Islam, tentu kita sudah tidak asing dengan kisah Nabi Ibrahim AS yang diberikan ujian terkait keturunan, Bunda. Belajar dari Nabi Ibrahim dan Siti Sarah, kesabaran menjadi kunci seseorang saat mengharapkan keturunan, Bunda. Namun, sabar dan usaha pun harus diiringi dengan doa. Untuk itu, doa yang dianjurkan adalah sebagai berikut: 1. السَّلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Sejenak Pagi SETIAP KITA ADALAH IBRAHIM Alhamdulillah kita masuk di Idul Adha, kebayang penyembelihan hewan qurban, berbagi, bakar satenya dll. Setiap kita berpeluang untuk menjadi "IBRAHIM" dimana setiap Ibrahim punya 'ISMAIL' karena Setiaphari kita berdoa memohon bantuan dan pertolongan Allah SWT. Itulah sifat hamba yang tidak mempunyai sebarang kuasa melainkan atas kurniaan-Nya yang Maha Esa. Malah berdoa termasuk dalam perbuatan ibadah seperti dijelaskan oleh Rasulullah SAW dalam hadisnya yang bermaksud: \"Doa adalah ibadah.\" Hadis Riwayat at-Tirmidzi \/strong>\/p> NabiIbrahim adalah simbol bagi manusia yang rela mengorbankan apa saja demi mencapai keridhaan Tuhan, rela menyembelih anaknya, bahkan rela mengorbankan dir Berkatilahke atas Muhammad dan atas keluarganya sebagaimana Engkau berkati ke atas Ibrahim dan atas keluarga Ibrahim di dalam ala m ini. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Agung. Semoga bermanfaat utk kita bersama!!! In Shaa Allah, setelah mengetahui makna bacaan dalam solat, secara tidak langsung, kita dapat meningkatkan khusyuk dalam ZG33dn. – Mari Muhasabah Diri. Jika kita belum mampu menyembelih binatang qurban, maka sembelihlah sifat HEWAN dalam diri kita. Jika kita belum mampu melempar jumroh, maka lemparlah sifat kebencian dan egoisme dalam hati kita. Jika kita belum mampu mengelilingi ka’bah untuk tawaf, maka kelilinglah ke tempat sanak saudara, tetangga, dan sahabat untuk menjalin UKHUWAH…. Baca Juga Tujuh Tujuan Muhasabah bagi Seorang Muslim Setiap kita adalah IBRAHIM dan setiap Ibrahim punya ISMAIL Ismailmu mungkin HARTAMU Ismailmu mungkin JABATANMU Ismailmu mungkin GELARMU Ismailmu mungkin EGOMU Ismailmu adalah sesuatu yang kau SAYANGI dan kau PERTAHANKAN di dunia ini…. Ibrahim tidak diperintah Allah untuk membunuh Ismail, Ibrahim hanya diminta Allah untuk membunuh rasa KEPEMILIKAN terhadap Ismail. Karena HAKIKATNYA semua adalah milik Allah… Semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala menganugrahkan KESHALIHAN Nabi Ibrahim dan KEIKHLASAN Nabi Ismail kepada kita semua, agar kita bisa mengaplikasikan dalam kehidupan kita… Jangan rendahkan dan hinakan orang lain dengan harta, jabatan dan gelarmu… Karena di hadapan Allah hanya ketaqwaan kita yang diterima-Nya.. Selamat menyambut datangnya Idul Adha 1441 H “Maka dirikanlah sholat karena Tuhanmu; dan berkurbanlah”. QS. Al-Kautsar ayat 2.[ind] Sumber anonim Secara metaforis, setiap di antara kita sejatinya adalah “Ibrahim”. Sebagaimana akar historis, Nabi Ibrahim memiliki Ismail. Maka, Ismail kita bisa jadi adalah ego kita sendiri. Bahkan, Ismail kita bisa jadi harta-kekayaan kita Ismail kita pada hakikatnya merupakan sesuatu yang kita sayangi. Dia adalah “pertimbangan” yang begitu berat untuk direlakan. Seperti halnya harta kekayaan yang “terkadang” selalu kita pertahankan. Pun, Ismail kita bisa jadi, sesuatu yang dianggap benar menurut ego kita sendiri. Keduanya adalah Ismail kita yang sangat-sangat sulit untuk direlakan. Tetapi kita perlu membangun semacam keikhlasan untuk sangat penting saya kira untuk bisa melakukan semacam penghayatan peran. Sebagaimana pentingnya menyelami keputusan-keputusan “sulit” yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim untuk bisa menyembelih anak-nya yang sangat secara watak dan tindakan kita juga perlu menjadi “Ibrahim” yang bisa melucuti segala hasrat kepemilikan terhadap Ismail. Sebagaimana Ismail kita adalah harta-kekayaan dan egoisme diri yang sangat begitu sulit untuk kita korbankan. Maka, dengan kesadaran untuk mengambil peran secara metaforis inilah, kita perlu menjadi Ibrahim yang bisa mengorbankan Ismail kita sendiri secara dari sinilah sebetulnya refleksi Idul Adha dalam hal berkurban kita benar-benar bisa menggapai esensi nilai di dalam-nya. Melebur sebagai cahaya kesadaran yang bisa memprogram watak dan tindakan kita. Sehingga, bisa mengubah cara berpikir mau-pun perilaku kita yang kadang selalu condong egois. Serta, membuat kita “langgeng” untuk selalu ringan mengorbankan harta-kekayaan kita kepada orang-orang yang sangat Idul Adha tidak hanya sekadar perayaan spiritualitas tanpa makna subtansial. Karena, kisah Nabi Ibrahim dengan anak-nya yang bernama Ismail ini bukan hanya sekadar cerita-cerita romans atau drama-drama yang penuh kesedihan dan keharuan di perihal pelajaran tentang hidup. Sebuah gambaran tentang keadaan diri kita yang nisbi. Tentu, kisah demikian adalah cara kita mengasah dan memperbaiki diri kita. Sebagaimana kebiasaan kita yang masih selalu dan bahkan sering mempertahankan ego dan rasa “eman” terhadap harta-kekayaan karenanya, kita perlu mendapatkan pelajaran dari kisah pengorbanan Nabi Ibrahim yang begitu rela untuk menyembelih anak-nya. Dengan mengambil peran yang telah dilakukan oleh beliau sebagai basis teladan.Sebagaimana secara metaforis, kita adalah Ibrahim. Tentu, Ibrahim memiliki Ismail. Maka, Ismail kita adalah ego dan harta kekayaan kita. Dari sinilah kita perlu menyelami dan meresapi bagaimana kekuatan mental berpikir yang matang dari Nabi Ibrahim untuk bisa tabah dan sabar di dalam mengorbankan anaknya yang sangat skenario Tuhan, sejatinya hanya ingin “menguji” menguji Nabi Ibrahim akan ketulusan, keikhlasan dan kesadaran untuk melepaskan rasa kepemilikannya untuk bisa kembali ke dalam relevansi kita sebagai Ibrahim dalam kehidupan saat ini adalah mencoba untuk mengikhlaskan Ismail kita. Yaitu ego dan rasa sayang terhadap harta-kekayaan. Untuk segera dikorbankan sebagaimana yang telah dilakukan oleh Nabi Ibrahim. Karena dengan cara seperti ini, yaitu membangun semacam penghayatan kisah dengan mengambil peran secara metaforis, niscaya kita akan jauh lebih tulus. Di dalam mengorbankan egoisme dan rasa “eman” terhadap harta kekayaan yang kita dengan kita bisa mengorbankan Ismail kita berupa egoisme, niscaya ini akan menjadi semacam “perbaikan” bagi kita. Agar, kita tidak mudah menyalahkan, menolak pendapat orang lain tidak egois. Serta tidak mudah menang-nya sendiri. Artinya, ketika egoisme diri telah kita korbankan, kita akan lebih mementingkan cara berpikir yang kolektif, terbuka dan selalu tolerant terhadap yang lain. Begitu juga ketika kita bisa mengorbankan Ismail kita. Berupa harta-kekayaan yang sangat disayanginya. Oleh karena itu, kita perlu mengorbankan Ismail kita yaitu egoisme dan kekikiran terhadap harta-kekayaan. Agar, Idul Adha yang kita jalani mampu menjadi jembatan terbangunnya kemaslahatan bersama di negeri ini. Setiap kita adalah Ibrahim dan setiap Ibrahim mempunyai mungkin harta bendamuIsmailmu mungkin mobil mewah dan motor besarmuIsmailmu mungkin rumah dan tanahmuIsmailmu mungkin perkebunan dan pabrikmuIsmailmu mungkin pekerjaan dan jabatanmuIsmailmu mungkin keluargamuIsmailmu mungkin gelar dan passion-muIsmailmu adalah sesuatu yang engkau sayangi dan kau pertahankan di dunia apa pun yang ada di dunia ini yang engkau cintai dan engkau miliki, janganlah menjadikanmu lalai terhadap cintamu kepada Allah Azza wa Ibrahim tidak diperintah Allah Swt untuk membunuh Ismail. Ibrahim hanya diminta Allah Yang Mahabesar untuk MEMBUNUH RASA KEPEMILIKAN terhadap hakikatnya semua adalah milik Allah Sang Pencipta Alam Idul Adha 10 Zulhijah 1443 H / 10 Juli 2002 M. Setiap kita adalah Ibrahim. Dan setiap Ibrahim pasti punya Ismail. Ismail itu mungkin hartamu.. Ismail itu mungkin gelarmu.. Ismail itu mungkin egomu.. Ismail itu adalah sesuatu yang kamu sayangi dan pertahankan di dunia ini.. Ibrahim tidak diperintah Allah untuk membunuh Ismail, tapi Ibrahim hanya diminta untuk membunuh rasa kepemilikan terhadap Ismail. Karena hakikatnya semuanya adalah kepunyaan Allah. Semoga Allah karuniakan kesholihan Nabi Ibrahim dan keikhlasan Nabi Ismail kepada kita semua. ©SPN

setiap kita adalah ibrahim